Tuesday, September 18, 2012

Drama Rumahan: Orangtua Bagi Orang Tua

Setiap kali saya mudik ke Bandung, saya menyempatkan diri untuk memandikan Oma. Maklum, di umurnya yang akan menginjak 85 tahun Februari 2013 nanti, Oma sering pusing dan fisiknya pun tak sekuat dulu lagi untuk mandi sendiri. Alhasil, Oma hanya mandi dan keramas kalau salah satu dari anak atau cucunya sempat memandikannya. Di samping itu, Oma memang suka malas mandi belakangan ini, ada saja alasannya untuk tidak mandi.
Saya: "Oma, mau mandi?"
Oma: "Nanti dulu lah, masih kepagian, dingin.."

Tetapi di siang harinya...
Saya: "Oma, mau mandi?"
Oma: "Ga kesiangan ini mandi jam segini?"

Awalnya Oma sering malu karena merasa telah merepotkan dengan harus dimandikan. Namun lama-lama Oma mulai terbiasa. Rambut putihnya tergerai mengkilap, punggungnya yang telah membungkuk bertopang pada dua tangannya yang menapak di pinggir bak mandi, dan sesekali ia tertawa setiap saya melontarkan pernyataan yang memang ditujukan untuk menghiburnya. Namun bukan hanya tawa, acara memandikan Oma juga selalu diwarnai genangan air mata di pelupuk mata saya.

Seperti saat saya kecil, mandi adalah waktu yang paling tidak saya nantikan, tetapi saat sedang dimandikan, saya merasa sangat rileks, bebas berekspresi, dan bahkan tak ingin keluar dari kamar mandi. Begitupun Oma, dia suka curhat saat dimandikan. Pernah suatu ketika Oma menangis sesenggukan karena ia merasa sedih, merasa tidak berguna dan sering lupa, sering teledor, sering membuat kesal tante saya. Segenap kekuatan saya kerahkan untuk menahan air mata ini jatuh, dan tetap mencoba meyakinkannya bahwa semuanya itu wajar, dan kami semua menyayanginya.

Tetapi di kesempatan lain memandikan Oma, walaupun tak ada cerita sedih yang keluar dari mulutnya, setiap kali memandikannya saya selalu berusaha keras untuk tidak menangis. Saya terharu, 30 tahun lalu, Omalah yang berada di posisi saya, memandikan saya, dan memberi saya kata-kata yang menenangkan di saat saya sibuk ngecablak tentang apapun yang saya rasakan di masa kanak-kanak itu. Kini, segala sesuatunya terbalik, saya yang mengguyur air di tubuhnya, menghandukinya, dan memakaikan bajunya.

Dunia sungguh berputar, semua akan kembali seperti semula. Dan suatu saat kita berkewajiban menjadi orangtua bagi orang yang telah membesarkan kita.

No comments:

Post a Comment